Peluang Pasar Bisnis Kuliner Yang Menjanjikan

Bisnis Kuliner


Pasar yang menjanjikan di dunia kuliner membuat banyak orang mengincarnya untuk dijadikan sebagai sebuah usaha. Tidak terkecuali dengan Wardoyo yang memilih bisnis kuliner sebagai ladang usaha dan mata pencariannya.


Akan tetapi, pangsa pasar yang besar ternyata tidak serta merta menjanjikan sebuah kesuksesan dan membuat perjalanan membangun usaha kuliner mudah dijalankannya. Contohnya Wardoyo yang harus merasakan pahit getirnya berbisnis kuliner.
Diungkapkan Wardoyo, berbagai jenis usaha kuliner pernah ia jalankan. Mulai dari usaha Pecel Lele, Ayam Bakar, Soto Betawi, Bakso, Sosis Bakar hingga Roti Bakar. Sayang, usaha-usaha yang ia pikir sebelumnya mampu membawanya mencapai kesuksesan justru senantiasa terpuruk dan harus gulung tikar. Bukan itu saja, ia bahkan sempat menggeluti usaha rental studio musik dan berjualan baju, yang semuanya juga berujung kegagalan.

"Kala itu bisa dibilang saya masih kurang serius dalam membangun usaha, salah satunya asal pilih menu yang dijual dan kurang jeli menyeleksi lokasi usaha. Rasanya sudah cukup banyak modal yang harus saya relakan hilang begitu saja," ujar Wardoyo.
Meski demikian, kegagalan demi kegagalan yang dialami tidak membuat wardoyo berhenti untuk terus mencoba membangun usaha. Malahan, ia menjadikan kegagalan tersebut sebagai pembelajaran untuk terus berkreasi menciptakan usaha yang berbeda, serta lebih cermat memilih menu yang akan diangkat.

Usaha Spesial Sambal.
Gonta-ganti menu yang dijalankan Wardoyo dalam bisnis kulinernya, membuat ia semakin jeli apa yang sebenarnya dibutuhkan dan digemari kebanyakan masyarakat. Setelah hunting ke beberapa lokasi kuliner, ia melihat warung atau rumah makan mengandalkan sambal senantiasa ramai diantre pelanggan.
Wardoyo pun jadi tergoda untuk merintis usaha sejenis. Namun, sebagai pembeda usaha kelas warung spesialis sambal yang dibuka mengusung konsep prasmanan. Sehingga, konsumen yang datang lebih bebas memilih menu sesuai dengan budget dan selera.

"Warung dengan nama Sambal Ki Demang ini resmi beroperasi pada pertengahan bulan Desember 2016 lalu." tambahnya.

Karena beberapa kali merintis usaha yang hampir mirip dengan bisnis barunya ini, maka Wardoyo dapat memanfaatkan sebagian peralatan dan perabot dari usaha-usaha terdahulu. Tak heran, bila modal yang harus kembali ia gelontorkan tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk sewa tempat di Jl. Raya Puspitek No. 69 A, Buaran, Serpong, Tangerang Selatan, dan membeli bahan baku.

Bicara soal nama Ki Demang pada usahanya, Wardoyo mengatakan nama tersebut diambil dari nama panggilan kepala warung sekaligus pengulek sambel yaitu "Demang". Selain itu, menurut Wardoyo nama Demang juga sangat familiar dan merakyat di telinga masyarakat dan tidak mencerminkan suatu kemewahan yang bisa membuat konsumen khawatir dengan isi kantong mereka.
"Tadinya kita sudah punya beberapa nama jagoan mulai dari sambel cabe rawit sampai sambel setan, namun nama tersebut sudah biasa dan sudah banyak yang memakainya," tambah Wardoyo.

Sambal Super Pedas. Untuk menyebarkan informasi perihal keberadaan warung Sambal Ki Demang ini, pada dasarnya Wardoyo hanya mengandalkan teknik sederhana. Dia hanya melakukan broadcast via whatsapp maupun BlackBerry Messenger kepada orang-orang yang dikenalnya.
Namun, karena menawarkan sambal bercitarasa super pedas yang memang memiliki banyak penggemar terutama di kawasan Serpong, Tangerang, maka dengan sendirinya pelanggan mulai berdatangan dan memadati warung Ki Demang yang beroperasi setiap hari, mulai pukul 5 sore hingga 12 malam ini.

"Mungkin, dari namanya saja sudah mencantumkan embel-embel sambal, jadi orang sudah tahu kalau kami bukan seperti warung pecel lele biasa. Jadi mereka lebih antusias untuk datang, dan begitu mencoba jadi ketagihan dan mampir lagi bareng teman atau keluarga." ujar Wardoo seraya berkelakar.
Varian Menu. Ada sekitar 20 menu yang bisa dipilih konsumen Sambal Ki Demang sesuka hati. Selain menu Ayam, Sate Ati Ampela, Tahu-Tempe dan juga Ikan Lele yang sudah biasa, ragam varian ikan asin juga menjadi salah satu daya tarik tersendiri. Beberapa jenis ikan asin yang ditawarkan antara lain Ikan Sepat, Ikan Gabus, Ikan Jambal dan Ikan Layang-layang serta Cumi Asin.

Semua menu tersebut tersedia dalam keadaan siap goreng. Ya, karena di Sambel Ki Demang, konsumen mengambil sendiri menu yang ingin disantap, lalu memberikan kepada pelayan untuk kemudian diolah dengan cara digoreng.

Menu lain yang tidak kalah memikat dan juga menjadi menu andalan ualah Sayur Asem. Ada juga berbagai jenis lalap seperti terong, timun, pete, maupun jengkol yang banyak dicari konsumen. "Pengolahan Menu di Sambel Ki Demang memang hanya dengan cara digoreng tidak ada penyajian lain. Karena citarasanya akan lebih maching saat disantap bersama sambal ulek yang kami sediakan." ungkapnya.
Peluang Pasar Bisnis Kuliner Yang Menjanjikan

Sebagai warung pinggir jalan, tentunya warung Sambel Ki Demang mematok harga yang sesuai dengan target market yang dituju. Masing-masing menu ditawarkan mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 10.000 per item. "Dengan uang Rp 10 ribu konsumen sudah bisa menikmati jejeran menu yang ada," tambah Wardoyo.

Satu Varian Sambal. Sampai saat ini, Wardoyo memang baru menyediakan satu varian sambal saja, yakni Sambal Ulek. Akan tetapi, kedahsyatan citarasa pedasnya sanggup mengobati selera kuliner para pecinta pedas.

Juaranya rasa pedas dar Sambai Ulek ala Sambel Ki Oemang menurut Wardoyo didapat dari penggunaan cabai rawit merah setan. Cabai jenis ini ditenggarai memang memiliki rasa pedas yang lebih nampol ketimbang cabai rawit merah biasa. Cabai rawit merah setan juga dipasok dalam keadaan segar, sehingga sengatannya terasa lebih nendang.

Bukan itu saja, sebelum digunakan cabai rawit merah setan juga direndam dalam air panas. Selain bertujuan untuk menghilangkan kandungan pestisida yang mungkin ada di dalam cabai, proses perendaman juga mampu menghilangkan aroma dan rasa langu khas cabai. Bahan pelengkap berupa tomat merah serta air perasan jemk limau membuat racikan Sambal Ulek ala Sambel Ki Demang tebih enak dan sedep.

Meski saat ini harga cabai rawit merah setan tengah melambung tinggi, namun Wardoyo tak berniat menggantinya dengan cabai jenis lain, atau mengurangi takarannya. Karena ia tak tngin para pelanggan kecewa akibat menurutnya kualitas Sambal Ulek yang tersaji.
"Dalam sehari, kami bisa menghabiskan 4 kg cabai rawit setan segar sebagai bahan baku sambel," ungkap Wardoyo.

Omset Ratusan Juta. Degan berbagai varian menu merakyat yang banyak disukai konsumen, harga yang terjangkau dan ditambah sensasi sambel super pedas yang ditawarkan Sambel Ki Demang, tak heran bila respon masyarakat terhadap kuliner yang satu ini sangat luar biasa. Hal tersebut bisa dilihat dari respon pada penjualan perdana yang dipadati konsumen sehingga omset yang didapat pada hari pertama mencapai sekitar Rp 3 juta.

Antrian panjang konsumen ternyata terus berlanjut di hari berikutnya. Bahkan, saat weekend omset yang diraup Wardoyo melambung hingga Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per hari.. Dengan dibantu 6 orang karyawan, warung Sambel Ki Demang bisa meraup omset sekitar Rp 120 juta di bulan pertama.

Tawaran Kerjasama. Meski belum genap dua bulan beroperasi, namun animo masyarakat yang datang sangat luar biasa. Bahkan, tidak sedikit konsumen yang ingin bekerja sama untuk membuka cabang waning Sambel Ki Demang di daerah lain. Dan hal tersebut juga menjadi cita-cita Wardoyo yang ingin usahanya bisa dikenal bukan hanya di sekitar Tangerang Selatan.

Karena itu, pada siapa saja yang ingin membuka warung Sambel Ki Demang di kawasan lain, Wardoyo mempersilahkan. Dengan investasi Rp 15juta, mitra sudah bisa membuka warung Sambel Ki Demang. Dengan investasi tersebut Mitra akan mendapatkan SOP maupun copy resep serta bimbingan selama menjalankan usaha. Investasi tersebut di luar tempat dan peralatan usaha.

"Bila dihitung secara kasar, biaya untuk pengadaan peralatan dan tempat modal yang dikeluarkan bisa mencapai sekitar Rp 65 juta," tambah Wardoyo.
Namun jangan khawatir, dengan pengalaman dan respon masyarakat terhadap Sambel Ki Demang, Wardoyo yakin bahwa modal tersebut bisa kembali dalam waktu sekitar 2 bulan.
Kendala Usaha. Bicara mengenai kendala, bagi wardoyo hampir tidak ada kendala yang berarti yang harus ia temui. Hanya harga cabai yang fluktuatif bahkan cenderung naik tinggi serta had i my a lalat pada menu varian ikan asin yang disajikan saja yang menjadi kendalanya. Namun hal tersebut tidak terlalu dikhawatirkan Wardoyo karena masih bisa diatasi.

Yang terpenting dalam menjalankan usaha ialah mempertahankan kualitas produk walau apa yang terjadi. Jangan sampai kualitas bahan baku diturunkan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata. Karena hal tersebut malahan akan menjadi boomerang dan membuat usaha yang dijalankan akan di tinggalkan oleh para konsumen. Hasan

Info Lebih Lanjut Hubungi: Sambel Ki Demang
Jl. Raya Puspitek No. 69 A, Buaran, Serpong, Tangerang - Selatan
Telp. 081316515146/021- 36718833